Wednesday 18 March 2015

PROPOSAL SKRIPSI

A.  JUDUL
IMPLEMENTASI DIAKONIA TRANSFORMATIF PADA JEMAAT GMIM SETIA KUDUS PONDANG DI WILAYAH AMURANG I

B.  BIDANG STUDI
PRAKTIKA

C.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Salah satu isu kritis yang digumuli gereja, termasuk Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), dewasa ini adalah praktik diakonia. Meskipun harus diakui bahwa dewasa ini soal pemaknaan yang sesungguhnya senantiasa mengalami dinamika secara tafsir, namun satu hal yang jelas bahwa diakonia adalah sesuatu yang seharusnya dipraktikkan sebagai salah satu misi gereja atau salah satu tugas panggilan gereja di dunia ini. Seperti yang dipahami dari pemikiran John Stott bahwa kita dipanggil keluar dari dunia untuk menjadi milik Allah dan diutus kembali ke dunia untuk menjadi saksi dan melayani.[1] Hal ini memberi implikasi bahwa diakonia adalah suatu misi atau tugas panggilan penting bagi gereja.
Pentingnya diakonia bagi gereja dapat juga dipahami dari pemikiran Sikkel yang mengemukakan bahwa gereja bisa hidup tanpa gedung, tetapi gereja tidak bisa hidup tanpa diakonia[2]. Mengacu pada pemahaman ini jelas menggambarkan betapa pentingnya diakonia untuk kehidupan gereja. Bahkan dijelaskan juga gerakan Yesus tidak dapat dipisahkan dengan gerakan solidaritas bagi jemaat miskin. Sifat gerakan solidaritas tersebut dipraktikkan melalui diakonia gereja. Di samping itu juga, pentingnya diakonia tidak dapat dilepaskan dengan tujuan diakonia adalah untuk mewujudkan manusia dan dunia baru. Diakonia tidak dimaksudkan sekedar untuk menciptakan hubungan antara pemberi dan penerima. Diakonia harus dijalankan dalam rangka Missio Dei, yaitu kehadiran pemerintahan Allah di dunia[3].
Ketika membicarakan jemaat miskin, maka kemudian akan muncul dalam benak tentang pergumulan gereja akan masalah-masalah seperti kemiskinan, ketidakadilan, penderitaan, ketimpangan, ketidakberdayaan, terpinggirkan, lemah, dan konotasi yang bersifat negatif lainnya. Padahal, mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan yang perlu mendapatkan diakonia yang tidak hanya terbatas dalam arti sebagai amal, tetapi pemberian diakonia itu pada hakikatnya merupakan hak setiap orang, termasuk di dalamnya adalah orang miskin dan tertindas.
Yesus sebagai teladan yang menampakkan diri sebagai Putra Allah memilih lahir dalam pangkuan orang-orang lemah dan miskin. Ia menjungkirbalikkan norma-norma yang biasanya merajai setiap agama, yang selalu ingin dekat dan disenangi para penguasa dan kaya. Yesus mendekat kepada manusia, khususnya manusia yang tidak mempunyai kedudukan maupun arti, untuk mengangkat mereka dari status hina ke dalam tingkat kemanusiaan yang terhormat dan bermartabat.[4] Setiap orang Kristen harus terlibat dalam menolong orang yang kesusahan[5] atau yang sedang membutuhkan bantuan. Seperti Yesus yang memperhatikan orang yang berkekurangan begitu juga manusia harus memperhatikan sesama. Cara dan bentuk pelayanan dan bahan-bahan yang digunakan berbeda-beda, tetapi tidak boleh ada seorangpun diantara mereka (butuh pertolongan) yang dilampaui atau dilupakan. Tujuan pelayanan supaya anggota jemaat menjadi orang-orang percaya yang dewasa sehingga dapat menunaikan tugas yang dipercayakan dengan baik.[6]
Noordegraaf menjelaskan bahwa diakonia dapat diartikan secara luas dan secara khusus[7]. Arti diakonia secara luas dapat dipahami sebagai semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus di jemaat, untuk membangun dan memperluas jemaat, oleh mereka yang dipanggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat biasa. Arti diakonia secara khusus dapat dipahami memberi bantuan kepada semua orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupan bermasyarakat. Mengacu pada arti secara khusus mengandung suatu pemahaman bahwa diakonia gereja tidak hanya terbatas pada orang-orang miskin, namun mencakup semua orang yang bergumul dengan masalah kehidupan masyarakat.
Apabila menelaah kitab-kitab Injil seperti Matius, maka diperoleh pemahaman tentang diakonia secara alkitabiah. Dalam Matius 22:37 dan 39 difirmankan “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” dan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Dengan merujuk pada Matius 22 ayat 37 dan 39 jelas mengandung suatu makna alkitabiah yakni diakonia sebagai pelayanan kasih dan keadilan. Hal ini sejalan dengan penjelasan Abineno bahwa perbuatan kasih dan keadilan – yang Allah tugaskan kepada umat-NYA sebagai pelayanannya kepada sesama manusia – dalam Perjanjian Baru disebut diakonia (=pelayanan)[8].
Dalam perkembangannya, praktik diakonia dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu: diakonia karitatif, diakonia reformatif, dan diakonia transformatif[9]. Selama ini institusi gereja, termasuk GMIM, cenderung lebih berorientasi mempraktikkan bentuk diakonia karitatif dan diakonia reformatif. Praktik kedua bentuk diakonia tersebut tampaknya belum memberikan sumbangan yang berarti terhadap kehidupan jemaat karena jemaat yang miskin bukan menurun tapi malah meningkat, jemaat yang mengalami kesengsaraan dan penindasan bukan berkurang justru masih memprihatinkan, dan yang tak kalah memilukan adalah moralitas jemaat yang makin merosot. Ketika gereja secara institusi menyediakan dan memberi bantuan beras untuk keluarga miskin dan para janda dan duda, mengunjungi jemaat dalam penjara dengan membawa makanan, dan saling berlomba membangun gedung gereja yang megah. Kesenjangan antara jemaat kaya dan miskin adalah suatu realitas yang terlihat di tengah kehidupan jemaat. Tampaknya pembangunan yang hanya memberi perhatian pada pertumbuhan ekonomi, bantuan modal dan teknik tidaklah cukup menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketikadilan.
Gereja secara kelembagaan dan individual dapat saja misalnya memberi ikan kepada jemaat yang lapar dan memberi pancing serta mengajarkan jemaat memancing. Namun, apalah artinya semua itu jika pada akhirnya praktik-praktik diakonia tersebut tidak bisa membebaskan jemaat dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan. Dengan kata lain, apalah gunanya apabila praktik diakonia gereja tidak diaktualisasikan dalam rangka missio dei yakni menghadirkan pemerintahan Allah di dunia. Kendatipun praktik bentuk diakonia karitatif dan diakonia reformatif tetap menjadi penting, namun praktik diakonia yang terlalu berorientasi pada kedua bentuk tersebut justru akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam mewujudkan diakonia gereja yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, praktik diakonia yang lebih fokus pada pemberdayaan dan pembebasan atau dengan kata lain perlunya mengembangkan praktik diakonia transformatif.[10]
Suatu kenyataan yang harus digumuli gereja sekarang ini adalah proses globalisasi dalam seluruh bidang kehidupan manusia, termasuk dalam bidang kehidupan kepelayanan gereja. Mau atau tidak mau gereja harus bergumul dengan pengaruh globalisasi. Apakah misalnya masalah kemiskinan tidak lagi menjadi pergumulan gereja di era globalisasi? Pergumulan mengenai masalah kemiskinan masih tetap berlanjut dan jemaat miskin akan tetap berada di sekitar kehidupan bergereja sebagaimana yang diungkapkan oleh Yesus bahwa orang miskin selalu ada pada kamu (Yohanes 12:8). Oleh sebab itu, untuk menghadirkan Injil Kerajaan Allah di muka bumi ini kiranya perlu terus dicari dan ditemukan serta untuk kemudian dikembangkan sebagai bentuk baru berteolog bersama masyarakat.[11] Injil pembebasan dan pemberdayaan penting diupayakan agar bentuk diakonia gereja tidak kehilangan relevansinyanya dan pengaruhnya di tengah arus globalisasi. Salah satu bentuk diakonia gereja yang dapat dipraktikkan sekarang ini ialah diakonia transformatif.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa praktik diakonia karitatif dan diakonia reformatif atau pembangunan tetap menjadi penting dalam konteks kepelayanan gereja. Namun, praktik diakonia transformatif tidaklah kalah pentingnya dalam konteks kepelayanan gereja secara menyeluruh. Artinya, untuk memecahkan masalah kemiskian dan ketidakadilan bagi jemaat tampaknya tidak memadai lagi dengan praktik diakonia karitatif dan diakonia reformatif, melainkan membutuhkan sentuhan baru dalam konteks kepelayanan gereja yakni praktik diakonia transformatif yang dilukisan dengan gambar mata terbuka. Artinya, diakonia tranformatif adalah pelayanan mencelikkan mata yang buta dan memampukan kaki seseorang untuk kuat berjalan sendiri[12].
Banyak jemaat yang buta hukum, kesehatan, pendidikan, politik, budaya, keamanan, ekonomi dan bidang kehidupan lain serta mengalami kelumpuhan dan keputusasaan. Mereka butuh penyadaran atas hak-hak mereka dan memberdayakan mereka menjadi sosok jemaat dalam kerangka missio dei di dunia. Mereka bukan hanya dilihat sebagai pihak yang perlu menerima diakonia, tetapi perlu diangkat melalui suatu proses penyadaran dan pemberdayaan agar kelak nantinya menjadi pemberi diakonia kasih bagi Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus dan bagi sesama jemaat.
Pengamatan awal (studi pendahuluan) peneliti di jemaat GMIM Setia Kudus Pondang menunjukkan bahwa upaya praktik diakonia transformatif belum optimal. Keadaan belum optimalnya praktik diakonia transformatif diindikasikan dengan telah dibuat program gereja yang masih sebatas “di atas kertas” dan tersedianya sumber daya seperti alokasi biaya (seperti pemberdayaan ekonomi jemaat), waktu (jadwal pelaksanaan), dan tenaga (jemaat dan tenaga pelayan untuk pemberdayaan), namun sayangnya program gereja yang terkait dengan diakonia transformatif tersebut belum dapat diimplementasikan sebagaimana yang telah direncanakan karena berbagai faktor yang memengaruhinya. Situasi problematik mengenai praktik diakonia transformatif dalam artian telah diprogramkan namun belum diimplementasi karena berbagai faktor yang memengaruhi) sangat menarik bagi peneliti untuk mengkajinya dalam bentuk penelitian. Dengan cara seperti ini diharapkan peneliti dapat mendalami secara ilmiah berdasarkan perspektif teologis dan menghasilkan rumusan temuan penelitian yang akan dijadikan bahan kajian agar program diakonia transformatif dapat diimplementasi untuk memberdayakan dan membebaskan jemaat dari masalah kehidupan berjemaat dan bermasyarakat.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Diakonia Transformatif paada Jemaat GMIM Setia Kudus Pondang di Wilayah Amurang I.
2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
-          Gereja cenderung lebih berorientasi mempraktikkan diakonia karitatif dan reformatif
-          Praktik diakonia yang dilakuikan gereja belum bisa membebaskan jemaat dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan
-          Praktik diakonia transformatif belum optimal
3.    Batasan Masalah
Masalah terkait dengan diakonia transformatif adalah luas dan kompleks. Berhubungan ketersedia sumberdaya penelitian berupa biaya, waktu, dan tenaga terbatas, peneliti membatasi penelitian ini pada masalah implementasi implementasi diakonia transformatif dan faktor-faktor yang memengaruhi implementasi diakonia transformatif pada jemaat GMIM Setia Kudus Pondang di Wilayah Amurang Satu.
4.     Rumusan Masalah
-           Bagaimana implementasi diakonia transformatif pada jemaat GMIM Setia Kudus Pondang?
-          Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi implementasi diakonia transformatif pada jemaat GMIM Setia Kudus Pondang?
5.     Tinjauan Pustaka
Untuk membantu penulis dalam mengkaji isi Implementasi Diakonia Transformatif Pada jemaat GMIM Setia Kudus Pondang di Wilayah Amurang I, maka penulis membutuhkan buku-buku yang akan dipakai sebagai bahan acuan utama bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Antara lain:
-          J.P. Widyatmadja Yesus dan Wong Cilik. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Penulis berpendapat bahwa diakonia sebagai pelayanan kasih tidak lagi menjadi monopoli kegiatan institusi gereja tetapi telah dilakukan oleh lembaga pelayanan Kristen (LPK) dan LSM di luar gereja. Bentuk dan cara diakonia yang dilakukan oleh organisasi sosial Krosten telah berkembang lebih maju dan cvepat daripada yang dilakukan oleh institusi gereja. Pada umumnya, cara berdoakonia dapat dibagi tiga bentuk, yaitu diakonia karitatif, diakonia reformatif (pembangunan), dan diakonia transformatif (pembebasan). Diakonia karitatif digambarkan adalah pelayanan memberikan ikan pada orang yang lapar, sedangkan diakonia reformatif memberikan pancing dan mengajar seseorang memancing, tetapi diakonia reformatif digambarkan dengan gambar mata terbuka. Artinya, diakonia transformatif adalah pelayanan mencelikkan mata yang buta dan memampukan kaki seseorang untuk kuat berjalan sendiri.
-          J. L. Ch. Abineno Diaken. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2010. Khusus halaman 2-10. Salah satu nas penting tentang diakonia dalam kitab-kitab Injil ialah Matius 22:34-40, yang memuat jawaban Yesdus kepaeda orang-orang Farisi yang mau mencobai-Nya. Yaitu perbuatan kasih dan keadilan yang Allah tugaskan kepada umat-Nya sebagai pelayanannya kepada sesamanya manusia. Dalam Kisah Para Rasul kata diakonia mendapat suatu arti yang spesifik. Dalam pasal 6:1 tentang perjamuan (=makan dan minum) bersama. Perjamuan bersama itu disebut “pelayanan sehari-hari” dan “pelayanan gereja” untuk membedakannya dengan “pelayanan Firman”. Dalam surat-surat para rasul, diantaranya ialah Roma 19:25 dan 31; 1Korintus 8:14,17 dan 30; 9:1,12 dan 13. Diantaranya terdapat beberapa tugas atau pelayannan yang mempunyai sifat diakonal, yaitu melayani, membagi-bagikan, dan keterampilan untuk melayani.
-          A. Noordefraaf Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2003. Penulis berpendapat bahwa diakonia sesungguhnya hanya dapat terjadi dengan adanya sikap tergerak, perhatian yang sungguh untuk sesama, sikap solidaritas, saat kita tidak berada di atas, tetapi di samping sesama kita untuk memberikannya (wanita atau pria) tempat yang wajar. Diakonia mencakup arti luas, yaitu semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan  bagi Kristus di jemaar, untuk membangun dan memperluas jemaat, oleh mereka yang dipanggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat biasa.
-          Malcolm Brownlee Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1993. Allah menaruh perhatian khusus kepada orang-orang miskin dan Ia ingin supaya gereja juga berbuat demikian. Gereja harus memberi kesaksia kepada kebenaran bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Alkitab berkata bahwa waktu kita menolong orang miskin, kita meniru Allah sendiri.
-          Gerrrit Singgih Mengantisipasi masa depan: berteologi dalam konteks di awal Milenium III. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005. Khususnya halaman 23-30 membahas mengenai pelaksanaan diakonia yang kontekstual. Bagaimana menjalankan diakonia karitatif,  reformatif, dan transformatif dalam konteks gambaran dunia sosial budaya yang mewakili realitas Indonesia.
-          Jhon Stott The Living Church. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2010. Halaman 8-9 membahas mengenai gereja yang mengasihi yang dilakukan oleh orang-orang Kristen perdana, secara khusus mereka mengasihi dan memperhatikan saudara-saudari mereka yang miskin.
-          J. L. Ch. Abineno Pokok-pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Halaman 189-232 dengan topik bahasan gereja I, II, dan III yang menjelaskan tentang tugas dan kewajiban gereja sebagai lembaga dan pelayanannya.
-          Josef P. Widyatmadja Diakonia Sebagai Misi Gereja. Yogyakarta: Kanisius. 2009. Membahas tentang diakonia, bahwa pelayanan diakonis itu mestilah tanpa pamrih. Diakonia tidak boleh mempunyai maksud-maksud sampingan seperti misalnya menambah jumlah anggota gereja. Diakonia adalah pembebasan manusia dari berbagai keterpurukan dan keterbelakangannya, sebagaimana secara penuh diperlihatkan oleh Yesus Kristus sendiri.
-          G. Riemer Jemaat yang Diakonal.  Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 2004. Menjelaskan bahwa diakonal sama dengan pelayanan kasih.
6.    Tujuan Penelitian
-          Mendeskripsikan implementasi diakonia transformatif pada jemaat GMIM Setia Kudus Pondang.
-          Mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi implementasi diakonia transformatif pada jemaat GMIM Setia Kudus Pondang.
7.    Manfaat Penelitian
-          Bagi Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS), hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan bentuk diakonia transformatif di semua aras jemaat dan wilayah.
-          Bagi Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMW) Amurang Satu, hasil penelitian ini bermanfaat dijadikan acuan pengembangan bentuk diakonia transfoirmatif secara luas pada jemaat-jemaat di aras wilayah.
-          Bagi Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) GMIM Setia Kudus Pondang, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperbaikan dan melaksanakan program diakonia transformatif.
-          Bagi jemaat, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberdayakan dan membebaskan mereka dari permasalahan seperti kemiskinan dan ketidakadilan.
8.    Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Penelitian Kualitatif seperti yang diterangkan oleh Suharsimi Arikunto metode penelitian kualitatif yang dikenal di Indonesia adalah “kualitatif naturalistik” yang menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami. Dengan kata lain metode ini dikenal dengan sebutan pengambilan data secara alami atau natural, sehingga yang diperlukan dalam metode ini adalah keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan. Metode ini bisa menggunakan angka dalam hal-hal tertentu, akan tetapi penafsirannya tidak boleh menggunakan rumus-rumus statistik.[13] Sehingga untuk memenuhi kelengkapan data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi penelitian akan dilakukan melalui penelitian kepustakaan beberapa buku-buku yang menunjang dan penelitian lapangan yang berguna untuk pengumpulan data dari Jemaat GMIM Setia Kudus Pondang.
9.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis mengikuti pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan GMIM Ds. A.Z.R. Wenas edisi revisi tahun 2013.Dalam penulisan skripsi tersebut dikemukakan bahwa penulisan skripsi dibagi dalam tiga bagian, yaitu: (1) awal, (2) isi, dan (3) akhir[14]. Ketiga bagian tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
a.       Bagian awal
Bagian awal skripsi terdiri atas halaman sampul, judul, pernyataan orisinalitas, pengesahan, kata pengantar/ucapan terima kasih, pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dafar gambar, dan daftar lampiran.  
b.      Bagian isi
Bagian isi skripsi ini terdiri atas Bab I adalah Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat hasil penelitian; Bab II adalah Studi Kepustakaan yang meliputi pengertian diakonia, Diakonia menurut Perjanjian Lama, Diakonia Menurut Perjanjian Baru, dan Bentuk Diakonia Transformatif; Bab III adalah Metode Penelitian yang meliputi alasan menggunakan metode kualitatif, tempat penelitian, sampel sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data; Bab IV adalah Temuan Penelitian dan Pembahasan; dan Bab V adalah Kesimpulan dan Saran.

c.       Bagian akhir
Bagian akhir skripsi ini meliputi daftar referensi dan daftar lampiran.
10.     Rencana Kegiatan
Rincian rencana kegiatan penulisan skripsi ini disusun seperti dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1 Rincian Rencana Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Jenis Kegiatan
23 Maret 2015
Pertemuan dengan dosen pembimbing: membahas penyusunan awal proposal.
Januari-Maret 2015
Pencarian Literatur yang berhubungan dengan penyusunan skripsi.
20-21 Maret 2015
Seminar proposal penelitian
Maret-Mei 2015
Penelitian Literatur
Maret-Mei 2015
Penelitian Lapangan
Mei 2015
Pengelolaan Data
Mei 2015
Penyusunan Laporan
Juni 2015
Ujian Skripsi

11.     Rencana Anggaran
Rincian rencana anggaran penulisan skripsi ini disusun seperti dalam tabel 2 berikut.
No
Jenis Kegiatan
Anggaran
1
Biaya Transportasi
-          Transport (tempat tinggal peneliti) – (lokasi penelitian/kampus)
Rp. (biaya transport pulang pergi),- (pulang-pergi), selama 30x (rencana mengunjungi lokasi penelitian/kampus selama penyusunan skripsi) hari. 60 hari x Rp. 15. 000


Rp. 700.000,-





2
Biaya untuk buku-buku
-          Alat tulis (pulpen, pensil, tipe-x)
-          Buku penunjang literatur  22 x Rp. 50.000

Rp. 50.000,-
Rp. 1.100.000,-

3
Biaya Pencetakan:
-          Pembelian Kertas  
5 rim x Rp.50.000,-
-          Print
@Rp. 850.000,-
-          Biaya Jilid (hard cover)
5 x 50. 000
-          Tinta Print   
2 x Rp. 30.000                


Rp. 250.000,-

Rp. 850.000,-

Rp. 250.000.-

Rp. 60.000.-
4
Biaya di Fakultas:
-          Kontrak skripsi (12 sks @Rp. 75.000,-)
Rp. 900.000,-,-
-          Pendaftaran Seminar Proposal
Rp. 1.500.000,-
-          Ujian Skripsi
Rp. 3.500.000,-


Rp. 5.900.000,-
6
Biaya Lain-lain:
Rp. 500.000,-
Jumlah
Rp. 9.660.000,-






LAMPIRAN I

Daftar Pustaka
-          Abineno, J.L.Ch. Diaken: Diakonia dan Diakonat Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
-          ------------------------------ Pokok-pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
-          Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 1998
-          Bartlett, D.L. Pelayanan dalam Perjanian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
-          Brownlee Malcolm Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993
-          Mangunwijaya, Y.B. Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia (Jakarta: Kanisius, 199). 15-16.
-          Noordegraaf, A. Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Perspektif Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
-          Riemer G. Jemaat yang Diakonal.  Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004.
-          Stott, J. The Living Church: Menggapai Pesan Kitab Suci yang Bersifat Tetap dalam Budaya Berubah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
-          Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D). Bandung: Alfabeta, 2007
-          Widyatmadja, J.P. Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan Teologi Rakyat di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
-          Singgih Gerrrit Mengantisipasi masa depan: berteologi dalam konteks di awal Milenium III. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005
-          Simanungkalit, G. Diakonia Transformatif di Tengah Proses Globalisasi. https://plus.google.com/114349120253773138304 (Diakses 4 Maret 2015)
-          Jhon Stott The Living Church. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
-          Strauch Alexander, Diaken dalam Gereja. Yogyakarta: ANDI, 2008

-          Patola, K.P. Diakonia Transformatif: Bentuk Kepedulian Umat Allah. http://psbrahmana.blogspot.com/ (Diakses 4 Maret 2015)

Literatur
-          Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2009
-          Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
-          Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan GMIM Ds. A.Z.R. Wenas, Pedoman Penulisan Skripsi, Tomohon: Fakultas Teologi Universaitas Kristen Indonesia Tomohon, 2013
-          Walker, D. F. Konkordansi Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
-          Widyatmadja Josef P. Diakonia Sebagai Misi Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2009























LAMPIRAN II


-         Curriculum Vitae
Nama                                       : Valen Beatrix Lengkong
Tempat, Tanggal lahir             : Manado, 6 Juli 1994
Alamat                                                : Kelurahan Pondang, Lingk. I, Kecamatan
Amurang Timur
Jenis Kelamin                         : Perempuan
Pekerjaan                                 : Mahasiswa di Perguruan Tinggi
Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Yayasan Ds. A.Z.R Wenas,
Fakultas Teologi.
Umur                                       : 20 Tahun
Nama Ayah                             : Jeffry S. J. Lengkong
Pekerjaan                                 : Dosen
Nama Ibu                                : Grace Kelly Ruaw
Pekerjaan                                 : Guru
Status dalam keluarga             : Anak Kandung
Nama Saudara                         : Farland Rensis Lengkong
Riwayat Pendidikan
-          Lulus SD Negeri Inpres Pondang Tahun 2006.
-          Lulus SMP Negeri 1 Amurang Tahun 2008.
-          Lulus SMA Negeri 1 Amurang Tahun 2011.
-          Masuk di Fakultas Teologi UKIT Yayasan Ds. A.Z.R Wenas Tahun 2011.




[1] J. Stott, The Living Ch
urch: Menggapai Pesan Kitab Suci yang Bersifat Tetap dalam Budaya Berubah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 2.
[2] J.P. Widyatmadja, Yesus dan Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan Teologi Rakyat di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 1.
[3] J.P. Widyatmadja, 11.
[4] Y.B. Mangunwijaya, Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia (Jakarta: Kanisius, 199), 15-16.
[5] Alexander Strauch, Diaken dalam Gereja (Yogyakarta: ANDI, 2008), 21.
[6] J.L. Ch. Abineno, Pokok-pokok Penting Dari Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 209.
[7] A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 5.
[8] J.L.Ch. Abineno, Diaken: (diakonia dan Diakonat Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2
[9] J.P. Widyatmadja, 35.
[10] Patola, K.P. Diakonia Transformatif: Bentuk Kepedulian Umat Allah, http://psbrahmana.blogspot.com/ (Diakses 4 Maret 2015).
[11] Simanungkalit, G. Diakonia Transformatif di Tengah Proses Globalisasi, https://plus.google.com/114349120253773138304 (Diakses 4 Maret 2015).
[12] J.P. Widyatmadja, 48.
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitia. (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 12.

[14] Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan GMIM Ds. A.Z.R. Wenas, Pedoman Penulisan Skripsi, Tomohon: Fakultas Teologi Universaitas Kristen Indonesia Tomohon, 2013), 10-20.

1 comment: